"Kak kamu tadi di sekolah belajar apa, ada PR apa ? Gimana nilai
ulangan kamu? Tadi nakal gak?" ,Dan sederet pertanyaan lain yang
seringkali terlontar saat anak pulang sekolah. Lelah, panas,lapar atau
bahkan stress bisa saja dialami anak anak.
Bunda, Ayah...Tidak bisakah kita berempati sedikit merasakan apa
yang mereka rasakan dari sekolah. Mungkin saja sicantik dan si tampan
yang ada dihadpan kita sedang sedih karena tak kebagian bermain ayunan
atau kecewa karena dapat teguran dari guru...coba peluklah dia. Bunda,
Ayah...dia sedang butuh kenyamanan,bukan pertanyaan ala penyidik KPK
dari kita orangtuanya. Biasakan untuk menamai perasaannya..."Kakak cape
ya nak? Atau kakak laper ya kena macet lama"...Setelah itu beri waktu
untuk sendiri barang 20 menit sebelum akhirnya mengganti pakaian dan
membersihkan badannya.
Bunda, Ayah...kalau biasanya pelajaran yang selalu kita
tanyakan,cobalah sesekali tanyakan juga perasaannya...Ajak bicara dari
hati ke hati, tanyakan apa yang ia inginkan dari kita sebagai
orangtuanya .Berkomunikasilah dengan empati dan kasih sayang, apalagi
jika dalam suasana nyaman dan santai.
Beberapa waktu lalu,tepatnya malam Minggu, saya bilang pada suami
dan anak-anak (Rashya,Malya) ,"Malam ini kita gak usah kemana-mana ya.
Kita ngobrol ber 4 aja tanpa TV dan gadget, mau gak?" Mereka setuju.
Lalu dengan sigap, suami saya mengambil alat tulis dan membuat semacam
permainan sederhana,"Bapak punya akal, gini, masing masing dari kita
wajib menyebutkan 1 hal positif dan negatif dari selain diri kita".
Permainan dimulai..masing-masing hening dan menulis sifat-sifat tadi. Voila,...
ternyata anak-anak sangat peka terhadap orangtuanya. Dan akhirnya,
masing-masing dari kita berjanji dan berusaha untuk merubah segala hal
negatif itu demi kebaikan bersama. Dalam hal ini, saya sebagai orangtua
juga harus berani mengakui kesalahan2 yang pernah dilakukan.Toh meminta
maaf kepada anak tidak akan menjadikan kita sebagai pecundang.
Hal yang sering saya katakan pada Rashya dan Malya adalah "Nak,bunda
dan bapak sebagai orangtua kalian juga belum tentu lebih pintar dan
tahu segalanya dibanding kalian. Bahkan, tidak melulu kami benar atas
semua sikap kami terhadap kalian.Justru kami banyak belajar dari kalian"
Dalam keluarga kami,sangat lazim terlihat saya atau suami bertanya
sesuatu kepada Rashya atau bahkan Malya.
Menjadi orangtua ,bagi kami tidak melulu hanya memerintah pada anak
anak untuk belajar. Tapi, seringkali kami terdesak untuk belajar lebih
banyak lagi demi menjadi orangtua yang lebih baik. Terimakasih nak sudah
menjadi guru kehidupan bagi kami, anakku...:)
Maret 2014.
Sumber: http://www.lazuardicordova.com/web/articles/view/8/#.U3BOOXbIllo