Sunday 11 May 2014

Belajar Demi Anak

"Kak kamu tadi di sekolah belajar apa, ada PR apa ? Gimana nilai ulangan kamu? Tadi nakal gak?" ,Dan sederet pertanyaan lain yang seringkali terlontar saat anak pulang sekolah. Lelah, panas,lapar atau bahkan stress bisa saja dialami anak anak.
Bunda, Ayah...Tidak bisakah kita berempati sedikit merasakan apa yang mereka rasakan dari sekolah. Mungkin saja sicantik dan si tampan yang ada dihadpan kita sedang sedih karena tak kebagian bermain ayunan atau kecewa karena dapat teguran dari guru...coba peluklah dia.  Bunda, Ayah...dia sedang butuh kenyamanan,bukan pertanyaan ala penyidik KPK dari kita orangtuanya. Biasakan untuk menamai perasaannya..."Kakak cape ya nak? Atau kakak laper ya kena macet lama"...Setelah itu beri waktu untuk sendiri barang 20 menit sebelum akhirnya mengganti pakaian dan membersihkan badannya. 
Bunda, Ayah...kalau biasanya pelajaran yang selalu kita tanyakan,cobalah sesekali tanyakan juga perasaannya...Ajak bicara dari hati ke hati, tanyakan apa yang ia inginkan dari kita sebagai orangtuanya .Berkomunikasilah dengan empati dan kasih sayang, apalagi jika dalam suasana nyaman dan santai.  
Beberapa waktu lalu,tepatnya malam Minggu, saya bilang pada suami dan anak-anak (Rashya,Malya) ,"Malam ini kita gak usah kemana-mana ya. Kita ngobrol ber 4 aja tanpa TV dan gadget, mau gak?" Mereka setuju. Lalu dengan sigap, suami saya mengambil alat tulis dan membuat semacam permainan sederhana,"Bapak punya akal, gini, masing masing dari kita wajib menyebutkan 1 hal positif dan negatif dari selain diri kita". Permainan dimulai..masing-masing hening dan menulis sifat-sifat tadi. Voila,... ternyata anak-anak sangat peka terhadap orangtuanya. Dan akhirnya, masing-masing dari kita berjanji dan berusaha untuk merubah segala hal negatif itu demi kebaikan bersama. Dalam hal ini, saya sebagai orangtua juga harus berani mengakui kesalahan2 yang pernah dilakukan.Toh meminta maaf kepada anak tidak akan menjadikan kita sebagai pecundang.
Hal yang sering saya katakan pada Rashya dan Malya adalah "Nak,bunda dan bapak sebagai orangtua kalian juga belum tentu lebih pintar dan tahu segalanya dibanding kalian. Bahkan, tidak melulu kami benar atas semua sikap kami terhadap kalian.Justru kami banyak belajar dari kalian" Dalam keluarga kami,sangat lazim terlihat saya atau suami bertanya sesuatu kepada Rashya atau bahkan Malya.
Menjadi orangtua ,bagi kami tidak melulu hanya memerintah pada anak anak untuk belajar. Tapi, seringkali kami terdesak untuk belajar lebih banyak lagi demi menjadi orangtua yang lebih baik. Terimakasih nak sudah menjadi guru kehidupan bagi kami, anakku...:)
Maret 2014.

By Yudith Kusumowardani @udith_raya
Sumber: http://www.lazuardicordova.com/web/articles/view/8/#.U3BOOXbIllo